Waktu aku
melintas di selasar perpustakaan, sedang diadakan obral buku disitu. Harganya
miring dan bervariasi, mulai dari 5 ribu, 10 ribu, hingga 25 ribu. Kemudian ku borong, hingga lima buku saat itu. Malamnya, kubaca salah satu novel pendek
tulisan Akutagawa Ryunosuke, Kappa.
Buku itu menceritakan
seseorang yang masuk kedalam dunia Kappa, monster sungai rawa dari cerita
rakyat Jepang. Dari situ aku berikan kekaguman kepadanya. Aku membaca secara
miris bagaimana sebenarnya Ryunosuke menggambar secara aneh kehidupan manusia.
Aku takkan menceritakannya disini. Malas.
Dari buku
lain Ryunosuke, kumpulan cerita Rashomon,
aku dapat lebih banyak cerpen-cerpennya seperti Bubur Ubi dan Hidung. Aku tidak begitu sering membaca
novel, aku lebih sering membaca literatur perkuliahan. Namun membaca Ryunosuke
membuatku shock untuk sesaat.
Dia seorang
penulis aneh. Aku belum pernah membaca cerita yang seperti ini sebelumnya. Rashomon, menceritakan seorang Genin,
samurai kelas rendah yang memergoki seorang nenek tua sedang mencabuti rambut
mayat-mayat dan menjualnya sebagai cemara. Nenek tersebut beralasan bahwa mayat-mayat
tersebut pantas diperlakukan demikian, lagipula jika ia tidak melakukannya,
nenek tersebut akan mati kelaparan. Kemudian Genin, seseoran yang menjunjung tinggi moralitas
malah merampok nenek tersebut.
“Kalau begitu jangan salahkan aku jika aku merampokmu. Aku pun akan
mati kelaparan kalau tidak melakukannya”
Itu yang dikatakan
Genin, kemudian merenggut pakaian yang dikenakan perempuan tua itu. Nenek
tersebut tersungkur. Sambil menggerutu dan mengerang, dia kembali berdiri dan
melongok ke bawah gerbang dengan ubannya yang pendek menjuntai. Dua paragraf
terakhir bertuliskan :
“Di luar hanya ada kelam malam. Tak ada yang tahu ke mana Genin pergi.”
Sudah? Ya,
sudah. Ceritanya Genin baru saja dipecat oleh tuannya, kemudian pergi ke semacam Rashomon (gerbang) dan mendapati nenek
tua mencabuti rambut mayat-mayat. Genin lantas merampok nenek tersebut dan pergi
entah kemana. Ini membuatku bertanya-tanya apa maksud cerpen tersebut? Apa
maksud Ryunosuke? Apa pesan yang ingin disampaikan oleh Ryunosuke? Tulisan
tersebut membuatku kesal sekaligus kagum. Aku kebingungan dengan maksud dari
cerpen tersebut, tapi itu yang aku sukai. Ingin sekali aku melanjutkan kisah tersebut.
Kurang lebih
dengan Rashomon, ada cerpen berjudul Bubur Ubi. Bubur Ubi menceritakan tentang seorang Goi, samurai yang paling rendah kelasnya #aku tidak dapat membedakannya dengan Genin. Goi tersebut mempunyai tampang yang sangat tidak menarik. Dalam
masyarakatnya dia tidak dianggap, dan seringkali dilecehkan dan diacuhkan. Konyol lagi, keinginan
terbesarnya adalah hanya untuk makan sup ubi sepuas-puasnya. Hingga suatu saat Goi tersebut berkunjung ke Tsuruga bersama tuanya, Toshihito. Disana ia dapat makan sup ubi sepuasnya. Tetapi sebelum ia memakan sesendokpun sup ubi tersebut, Goi sudah dibuat kenyang karena jumlah sup ubi yang sedang dimasak. Ia terpaksa untuk makan sup ubi sebanyak-banyak. Sudah.
Ada beberapa hal yang mendekan Ryunosuke dengan penulis-penulis cerpen lain, ide ceritanya menakjubkan,
tidak konvensional seperti yang selama ini aku baca. Dia berbeda dari yang
lain. Pengarang naturalis lebih populer pada zamannya. Pengarang naturalis
seringkali mengungkapkan kehidupan asmara dan pengalaman pribadi mereka secara
terang-terangan. Menurut Ryunosuke hal semacam itu sebagai hal yang dangkal.
Berbeda dengan mereka, Ryunosuke menggambarkannya dengan cara yang lain. Melalui
karakter-karakter seperti manusia, hewan, setan dan makhluk-makhluk aneh.
Beberapa tulisan Indonesia yang mengungkapkan kehidupan dan pandangan hidup penulisnya secara terang-terangan adalah Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Tokoh cerita dan pengarangnya sama persis, perempuan, berlatar belakang agama Islam yang taat, dan memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan gender, bahkan mungkin feminisme.
Beberapa tulisan Indonesia yang mengungkapkan kehidupan dan pandangan hidup penulisnya secara terang-terangan adalah Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Tokoh cerita dan pengarangnya sama persis, perempuan, berlatar belakang agama Islam yang taat, dan memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan gender, bahkan mungkin feminisme.
Membaca cerpen-cerpennya membuatku gatal ingin menulis. Jelas, nantinya Ryunosuke akan menjadi salah satu pengaruh besar dalam tulisan-tulisanku. Bukan saja tulisannya saja yang mempengaruhiku, tetapi terutama bagaimana dia menulis.
Yang aku pelajarinya setelah membaca tulisan-tulisannya adalah
"Menggambarkan dunia dengan caramu".
0 komentar:
Posting Komentar