Kamis, 27 Maret 2014

Pemimpin Yang Berintegritas Satya Wacana



Dibuat sebagai syarat mengikuti Latihan Menengah Kepemimpinan Mahasiswa (LMKM) 
Gelombang 3 UKSW 2014 


Bima Satria Putra (362013070)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Universitas Kristen Satya Wacana

Suatu kelompok atau organisasi membutuhkan seseorang untuk mencapai tujuan mereka, seseorang inilah yang disebut sebagai pemimpin. Pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran[1]. Dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut, pemimpin berfungsi untuk mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi. Dalam saat-saat tertentu, pemimpin juga menjadi pembuat keputusan dan memecahkan masalah
Pembinaan kepemimpinan di UKSW merupakan bagian dari educational policy yang merupakan salah satu proses penting dan mendasar dalam kesuluruhan proses pendidikan di kampus. Menjadi pemimpin yang berintegritas satya wacana berarti menjadi pemimpin yang mengikuti dan mengamalkan nilai-nilai utama didalam Universitas Kristen Satya Wacana. Nilai-nilai tersebut dapat diambil dari dasar, visi dan misi serta beberapa perangkat penunjang dasar lain yang menjadi pilar utama dalam kegiatan dikampus Universitas Kristen Satya Wacana.
Nilai utama yang pertama dapat diambil dari dasar atau moto atau spirit UKSW yang disampaikan oleh Bapak Notohamidjojo pada pidato Kebaktian Pembukaan PTPG-KI di Salatiga[2]. Bapak Notohamidojo mengutip Amsal 1:7a, “Menyegani Tuhan Itulah Pangkal Segala Ilmu Pengetahuan” dan menjadikannya suatu fondasi yang sangat kokoh saat Satya Wacana berdiri. Dari nilai pertama kita dapat mengambil salah satu unsur kepemimpinan, yakni menjadi pemimpin yang religius, yang mengikuti ajarannya dan menjauhi larangannya serta mengimani firman-firman Tuhan.
Nilai utama lain untuk menjadi pemimpin yang berintegritas Satya Wacana yang kedua dapat diambil dari Visi dan Misi UKSW. Pada Visi ketiga UKSW yaitu menjadi pembina kepemimpinan untuk berbagai jabatan dalam masyarakat (termasuk gereja) yang sedang membangun. Disini UKSW digambarkan sebagai lembagai yang membekali mahasiswa agar kedepannya memiliki pengetahuan dan kepribadian serta keterampilan mengabdi kepada masyarakat. Sementara pada Misi keenam UKSW yaitu mengusahakan terbentuknya angkatan-angkatan pemimpin masyarakat yang selain diperlengkapi dengan bekal ilmu pengetahuan dan kepakaran di bidang tertentu juga memiliki kesadaran pengabdian tinggi kepada masyarakat. Dari situ kita dapat mengambil nilai kedua sebagai unsur kepemimpinan yaitu ilmu pengetahuan dan kesadaran akan pengabdian kepada masyarakat.
Perangkat pendukung lain tentang kompetensi kepemimpinan dapat dilihat dalam Skenario Pola Pembinaan Mahasiswa (SPPM) 2012 yang menggantikan SPPM 1984. SPPM merupakan dokumen tingkat universitas yang menjelaskan proses pembinaan mahasiswa di UKSW, baik melalui jalur kurikuler maupun ekstrakurikuler. Dalam skenario tersebut, Leadership and Managerial Skills diharapkan menjadi salah satu profil lulusan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang bercirikan Creative Minority. Creative Minority secara tidak langsung berarti menjadi pemimpin dan kelompok yang secara kuantitatif relatif kecil (minoritas) tetapi memiliki kualitatif daya cipta (kreatif) yang mempengaruh kehidupan banyak orang. Bapak Notohamidjojo menjelaskannya sebagai “kaum pemimpin yang mewujudkan golongan kecil yang karena superioritas jiwa dan rohnya, dan karena kekuatan keyakinannya sanggup menunjukan jalan dan membimbing massa yang pasif menjadi penganut yang bergiat dalam pembangunan”[3].
Dari beberapa nilai utama yang dasar Universitas Kristen Satya Wacana kita dapat menyimpulkan rumusan bagaimana menjadi pemimpin yang berintegritas dan sesuai dengan nilai-nilai utama didalam Universitas Kristen Satya Wacana yaitu :
  1. Pemimpin yang beriman. Menjadi pemimpin yang memiliki kepercayaan akan ajaran Tuhan serta mengikuti dan melaksanakan firman-firmannya yang tertulis di kitab suci.
  2. Pemimpin yang berilmu dan mengabdikan diri. Menjadi pemimpin yang memiliki keahlian dan keterampilan dibidang tertentu, dan menggunakannya untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negara.
  3. Pemimpin yang bercirikan Creative Minority. Menjadi pemimpin yang walaupun merupakan komunitas kecil tetapi berdaya cipta ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas.
Selain ketiga dasar diatas, kita dapat mengambil banyak nilai dari pemikiran Bapak Notohamidjojo yang disampaikannya pada banyak kesempatan. Misalkan adalah amanatnya tentang empat tugas PTPG-KI (tugas catur rupa) dan juga empat dasar-dasar PTPGKI (Satya Wacana). Juga aspek universitas pada pidato perayaan Pengakuan Persamaan UKSW, 24 April 1963. Bapak Notohamidjojo juga merumuskan tentang pentingnya kepemimpinan itu sendiri bagi masyarakat, warga dan gereja, dalam tulisannya yang berjudul “Kepemimpinan dan Pemimpin Kristen di Indonesia, yang diterbitkan di Warta Gereja III. No. 1 – No 12, Januari – Desember sebagai berikut :
“Apabila kita ingin menyumbang secara konkrit dalam pembangunan masyarakat, negara dan Gereja, kita harus menyumbangkan pemimpin-pemimpin yang sadar akan panggilannya dan yang bertanggungjawab, serta menyumbangkan gagasan tentang kepemimpinan yang kita perlukan, lebih-lebih bagi Gereja yang seharusnya merupakan pusat-pusat integrasi (bukan perpecahan) dan pembaharuan (bukan konservatisme atau kekolotan) bagi masyarakat dan negara” (Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW : 12)
Bapak Notohamidjojo banyak membahas tentang kepemimpinan yang lagi-lagi dapat dilihat pada delapan sifat atau kewajiban pemimpin (asta dharma) yakni :
  1. Sifat kasih, yaitu mendasari relasi antara pemimpin dan pengikut, yang bersumber dari Injil Matius 22:39;
  2. Pengabdian dan kesetiaan untuk melayani (Markus 10:44);
  3. Memiliki misi dan mampu mengkomunikasikan misi tersebut sehingga mudah dipahami oleh para pengikut;
  4. Berkeyakinan kuat dan percaya diri ;
  5. Memiliki visi dan insight;
  6. Tahan uji, sabar, memiliki semangat yang tak kunjung padam dalam merealisasikan misinya ;
  7. Kesediaan bekerja keras sehingga menularkannya juga kepada para pengikut ;
  8. Sadar kewajiban dan memiliki disiplin diri; (Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW : 12-13)
Selain delapan sifat pemimpin diatas, pemimpin diharapkan dapat memerankan fungsi pemimpin sebagai berikut :
  1. Pembawa gagasan tentang rumusan jalan keluar terhadap tantangan masyarakat dan budaya, serta mampu merealisasikannya dalam aksi yang menunjukan prestasi, khususnya dalam menanggulangi kemiskinan dan penderitaan;
  2. Sadar terhadap tendensi perubahan dalam masyarakat sehingga dapat mencegah perkembangan yang tidak diingini ;
  3. Berperan dalam menyiapkan dan mewujudkan perubahan, asalkan sadar akan dasar dan arah perkembangan, serta ahli, jujur dan bijaksana;
  4. Berkat superioritas jiwa dan roh dan kekuatan keyakinannya mampu memberi bimbingan kepada massa yang pasif sehingga menjadi penganut yang aktif dalam proses perkembangan (pembangunan) ;
  5. Tut Wuri Handayani. Pandangan Ki Hajar Dewantara, artinya mengikuti para penganut sebagai subyek dan mengembangkan tanggungjawab mereka (tut wuri) dan memberikan pengaruh dan bimbingan kepada para penganut untuk berkembang meningkat (handayani) (Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW : 13-14)
Kepemimpinan Satya Wacana merupakan kepemimpinan Kristen yang berdasarkan kepada satu nilai, melayani (diened lieder). Bapak Notohamidjojo yang menyinggung soal kepemimpinan Kristen tujuh segi fungsi pemimpin, yakni :
  1. Perhatian kepada yang dipimpin
  2. Pergaulan yang luwes
  3. Membesarkan hati yang dipimpin.
  4. Mendengarkan yang dipimpin.
  5. Decision Making (pengambilan keputusan); bukan sendirian tapi melalui konsultasi
  6. Teladan
  7. Koreksi dan self critics (Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW : 14)
Nilai-nilai tersebut secara baku telah dirumuskan dan secara eksklusif menjadi acuan pemimpin yang berintegritas Satya Wacana, selama Pelatihan Kepemimpinan, Orientasi Mahasiswa Baru serta didalam Buku Panduan Universitas Kristen Satya Wacana. Kesimpulan tersebut merupakan sari-sari yang diperas selama mempelajari dan mendalami nilai-nilai utama yang sudah terkandung sejak Satya Wacana berdiri hingga sekarang. Harapannya adalah kedepan setiap civitas academica Satya Wacana meneladani nilai-nilai tersebut demi terciptanya generasi pemimpin negara, masyarakat dan gereja yang bercirikan Creative Minority.



[1] Handoko, T Hani. 2011. Manajemen. BPFE-Yogyakarta. Hlm 294.
[2] Lusi, Samual S & Rissy, Yafet Y.W. Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW. Hlm 2-3.
[3] Lusi, Samual S & Rissy, Yafet Y.W. Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW. Hlm 15

Daftar Pustaka
Buku Orientasi Mahasiswa Baru 2013 Universitas Kristen Satya Wacana.
DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang. Karisma.
Handoko, T Hani. 2011. Manajemen. BPFE-Yogyakarta.
Lusi, Samual S & Rissy, Yafet Y.W. Creative Minority Leadership (CML) : Panduan Menjadi Pemimpin yang Berdaya Cipta dan Transformasional untuk Mahasiswa UKSW. Salatiga. Satya Wacana University Press.

0 komentar:

Posting Komentar